Blog untuk Pendidikan

Minggu, 31 Januari 2016

Asal Usul Penamaan Gunung Kalang Bau Sambas


SampanPesisir - Gunung Kalang Bau berada di Tanjung Kalang Bau yang tepat berada di sebelah Utara objek wisata Tanjung Batu Pemangkat. Tidak jauh dari lokasi Gunung Kalang Bau terdapat sebuah bukit kecil yang berbatasan langsung dengan laut Natuna yaitu Bukit Belacan.

Secara administratif, Gunung Kalang Bau berada di Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas, namun pada Hari Selasa tanggal 12 Oktober 2004 Kecamatan Jawai dimekarkan secara resmi menjadi Kecamatan Jawai dan Kecamatan Jawai Selatan. Sehingga Tanjung Kalang Bau dan sekitarnya resmi secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Jawai Selatan.

Pasca pemekaran dari Kabupaten induk, Kecamatan Jawai Selatan membawahi 9 Desa terdiri dari :
  1. Desa Jelu Air
  2. Desa Jawai Laut
  3. Desa Matang Terap
  4. Desa Sarilaba A
  5. Desa Sarilaba B
  6. Desa Suah Api
  7. Desa Sabaran
  8. Desa Semperiuk A
  9. Desa Semperiuk B


Menariknya adalah di sisi bukit ini terdapat 2 buah bekas benteng pengintaian milik peninggalan kolonial Belanda yang dapat menampung 3 � 5 orang serdadu, berbentuk tabung yang dilengkapi dengan dua buah lubang pengintai. Benteng ini digunakan untuk mengintai kapal-kapal yang masuk di perairan Laut Natuna yang akan masuk ke Sungai Sambas.

Ini adalah sebuah Cerita rakyat yang berasal dari Kalimantan Barat tepatnya di daerah Kabupaten Sambas, kisah ini menceritakan Asal Mula Penamaan Gunung Kalang Bau oleh karena itu silahkan di baca cerita selengkapnya dan semoga bermanfaat.

Pada Bukit Kalang Bau di atasnya terdapat sebuah kenceng ( periuk ) besar yang terbuat dari besi dan merupakan wadah untuk menanak nasi. Diperkirakan pada lokasi tersebut dahulunya merupakan tempat persediaan konsumsi bagi serdadu-serdadu Belanda yang berjaga-jaga / melakukan pengintaian terhadap keluar masuknya kapal-kapal di muara Sungai Sambas. Agak menurun ke sisi sebelah kanan terdapat sebuah makam yang telah berumur lebih dari 2 abad, yaitu makam ulama Syech Ali Abubakar, seorang penyiar agama Islam di daerah Kerajaan Sambas. Ulama ini berasal dari daerah Kelang ( Malaysia ) dan lebih dikenal dengan nama Guru Ali. Dari sinilah nama Gunung Kelang Bau berasal.

Menurut sejarahnya, suatu ketika setelah beberapa lama bermukim di daerah Kerajaan Sambas, Syech Ali Abubakar merasa rindu kepada sanak familynya di Kerajaan Kelang dan berkeinginan untuk menjenguknya. Setelah berhari-hari beliau berlayar bersama muridnya, di tengah perjalanan beliau menderita sakit keras. Dalam keadaan seperti itu beliau sempat berpesan, seandainya Tuhan segera berkenan memanggilnya, beliau minta dimakamkan di daerah Kerajaan Sambas. Dan memang sudah merupakan takdir Illahi, beliau meninggal dunia ketika hampir tiba di Malaysia ( yaitu di sekitar wilayah Singapura ). Maka sesuai amanatnya, jenazahnya dibawa kembali ke wilayah Kerajaan Sambas dan dimakamkan di daerah bebukitan, tepatnya di daerah muara Sungai Sambas.

Menurut penuturan penduduk dari mulut ke mulut, bahwa selama 7 hari setelah beliau dimakamkan, apabila saat senja tiba ( waktu maghrib ) maka di sekitar makam tersebut tercium semerbak bau harum. Untuk itulah sebagai tanda terimakasih dan mengenang jasa-jasa beliau selagi masih hidup. Oleh sebab itu, maka bukit / gunung tempat beliau dimakamkan disebut gunung � Kalang Bau �. Kalang berasal dari kata daerah kelahirannya yaitu Kelang, sedangkan kata Bau berasal dari bau harum yang dipancarkan di sekitar makam tersebut. Beitulsh sejarahnya kenapa gunung / bukit yang berada di muara Sungai Sambas itu dinamakan Gunung Kalang Bau.

Karena Gunung Kalang Bau berada di sebuah tanjung yang bernama Tanjung Kalang Bau, menjadikan lokasi ini sangat potensial untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata Kabupaten Sambas karena lokasi ini berada lansung di pinggiran Laut Latuna, sehingga di kaki bukit ini terdapat hamparan pantai pasir putih dan dihiasi oleh bebatuan sebagai dinding antara bukit di pantai.

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Jawai_Selatan,_Sambas

http://nia-mely.blogspot.co.id/2009/10/gunung-kalang-bau.html

Jumat, 22 Januari 2016

Kisah 3 Bajak Laut Dan Asal Usul Penamaan Tanjung Datok Sambas

SampanPesisir- Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.

Cerita yang saya tulis kali ini adalah sebuah cerita rakyat dari Kalimantan Barat tepatnya Kabupaten Sambas. Cara penyajian yang menarik dan penggunaan bahasa yang sederhana membuat tulisan ini pantas dibaca oleh anak-anak, orang tua, bahkan oleh para guru, dan siapa saja yang berminat pada cerita rakyat Indonesia, khususnya di Kabupaten Sambas.



Inilah cerita singkatnya....

Tanjung Datok terletak di perbatasan antara daerah Kalimantan Barat dengan daerah Serawak (Malaysia Timur sekarang). Tanjung ini dinamai Tanjung Datok, karena pada zaman dahulu di daerah ini hidup seorang tua yang sakti dan berilmu tinggi. Meskipun umurnya sudah tua dan rambut serta jenggotnya sudah memutih, tetapi ia mempunyai kekuatan dan kesaktian yang luar biasa.

Pada zaman dahulu kawasan sekitar Tanjung Datok ini tidak aman. Daerah ini merupakan sarang dari bajak laut (perompak lanun). Kapal-kapal dagang maupun penumpang yang lewat di daerah ini haruslah mempunyai pengawalan yang cukup kuat. Jika tidak, kapal-kapal tersebut pastilah menjadi mangsa para perampok itu.

Sekali peristiwa, sebuah kapal dari bajak laut dilanda angin ribut di daerah ini. Dalam keadaan sedang dilanda angin ribut, kapal itu juga terbakar dengan hebatnya. Mungkin juga karena kecerobohan dari anggota-anggota bajak laut itu sendiri. Karena musibah tersebut kapal itu tenggelam ke dasar laut. Hanya tiga orang saja dari anggota bajak laut yang selamat.

Anggota-anggota yang lainnya tenggelam bersama kapal mereka. Beberapa di antaranya menjadi mangsa ikan hiu yang mengganas di daerah itu. Ketiga anggota bajak laut yang selamat terdampar ke pantai ini, masing-masing bemama Liong, Tek Wan, dan Asui. Tetapi mereka tidaklah terdampar di tempat yang sama. Liong dan Tek Wan terdampar di daerah Serawak, sedangkan si Asui terdampar di wilayah Kerajaan Sambas - Kalimantan Barat, tidak jauh dari Gunung Poteng.

Karena merasa lapar dan haus, si Asui berjalan masuk ke hutan yang terdapat di sekitar daerah itu. la makan buah-buahan hutan yang ia dapatkan untuk mengisi perutnya yang sedang lapar. la juga memotong bambu untuk mendapatkan air tawar yang terdapat dalam ruas bambu tersebut. Kemudian berusaha untuk mendapatkan perkampungan penduduk atau pondok petani.

Akhirnya dalam keadaan letih lesu, ia mendekati gunung Poteng. Hampir mendekati puncak, tiba-tiba ia melihat ada asap api. ''Aku akan bertemu penduduk dan akan mendapat pertolongan", pikirnya. Ia berjalan mengikuti arah dari mana datangnya asap api tersebut.

Setelah ia mendekat, rupanya asap api itu keluar dari dalam sebuah gua. Gua itu cukup luas. Ia masuk ke dalam gua. Di sana ia bertemu dengan seorang tua yang rambutnya telah memutih, demikian pula jenggotnya. Orang tua itu sedang duduk di atas sebuah batu. Orang tua itu tahu akan kedatangan tamu yang tidak diundang. Tapi meskipun ia sudah mengetahui asal-usul si Asui lewat ilmunya yang tinggi, ia menyapa si Asui dengan ramahnya. Asui berbohong, dan mengatakan bahwa ia berasal dari sebuah kapal dagang yang tenggelam di perairan itu.


Orang tua itu manggut-manggut, dan berkata: "Anak muda, kalau kamu mau. tinggallah bersama Datok di sini".

"Yaaaa. Datok. saya suka." kata Asui sambil mencibirkan bibirnya memandang rendah pada datok tua itu. Tapi orang tua itu tidak hiraukan. Ia biasa-biasa saja.

Demikianlah si Asui tinggal bersama orang tua itu dalam waktu beberapa lama. Si Asui makan minum seenaknya tanpa mau berkarya. la hanya makan tidur, kemudian berjalan-jalan di gunung itu.

Pada suatu malam timbul niat jahat di benak si Asui. Sifat-sifat bajak laut yang tidak berperikemanusiaan muncul kembali. "Akan kubunuh saja orang tua ini, supaya aku dapat mengambil barang segala miliknya. Kemudian aku akan pergi." Demikian niat yang timbul dalam pikiran si Asui.

Malam itu, ketika sang Datok sedang tidur, si Asui langsung mengambil parang dan mendekat pada datok yang sedang tidur itu. Ketika ia mengayunkan parang ke leher si Datok, orang tua itu terbangun, dan cepat seperti kilat kakinya menendang perut si Asui. Bajak laut Asui terguling-guling keluar gua. Dua buah tulang rusuknya patah. Sedangkan parang yang ada di tangannya terlepas entah ke mana. Keesokan harinya Asui minta ampun pada orang tua itu. Sang Datok mengampuninya, dan Asui berjanji tidak akan mengkhianati Datok. Asui masih tetap bersamanya.

Pada suatu hari, sang Datok bersama Asui pergi berjalan-jalan. Mereka menemukan buah durian tiga buah. Buah durian itu mereka bawa pulang ke gua. Di gua, Datok membagi durian itu sambil berkata: 'Ini sebuah yang paling besar untukmu Asui. Yang sebuah ini untukku. Sebuah lagi kita simpan". Asui diam saia. Ia langsung membelah duriannya. Dalam tempo singkat duriannya hanya tinggal kulitnya yang berduri itu. Biji durian itu habis dikunyah atau ditelannya. Tengan malam, ketika sang Datok sedang tidur, diam-diam Asui mengambil buah durian yang disimpan si Datok. Buah durian itupun habis dilalapnya. Kulitnya dibuang jauh-jauh.

Keesokan harinya Datok mencari buah durian itu. Ia menanyai si Asui. Asui mengatakan tidak tahu. Sang Datok memperlihatkan kesaktiannya menciptakan buah-buahan. Maksudnya agar si Asui mau mengaku dan tidak berbohong. Tetapi ketika ditanyai lagi, Asui tetap mengatakan tidak tahu. "Baiklah," kita si Datok.

Keesokan harinya, pada suatu kesempatan, sang Datok berkata kepada si Asui: "Asui", katanya. "Saya mempunyai sebatang emas murni". Mendengar kata emas itu mata si Asui bersinar-sinar. Kemudian si Datok melanjutkan: "Emas ini akan saya bagi tiga dengan cara memotongnya tiga bagian. Sepotong saya berikan kepadamu, dan sepotong Iagi untuk saya."

Si Asui menyela. "Lalu yang sepotong lagi untuk siapa?"

"Untuk orang yang mencuri buah durian itu", jawab sang Datok.

Dengan cepat si Asui berseru: "Sayalah yang mengambil buah durian itu. Berikanlah emas yang sepotong itu kepada saya".

Si Datok mulai jengkel dengan tingkah laku Asui yang jahat dan pembohong itu. Ia ingin agar si Asui segera pergi dari tempat itu. Oleh karena itu, si Datok lalu berkata: "Aku akan berikan semua emas itu kepadamu bila engkau akan meninggalkan tempat ini. Emas itu dapat menjadi bekalmu di perjalanan."

"Besok saya akan berangkat dari sini, kata si Asui. Keesokan harinya ia benar-benar berangkat. Dan si Datok memberikan emas itu semuanya kepada Asui. Bukan main girangnya hati Asui mendapatkan emas itu. Ia pegi tanpa mengucapkan terima kasih kepada sang Datok.

Setelah keluar dari gua itu, ia menuruni gunung Poteng, dan berjalan menuju arah utara ke daerah Paloh sekarang. Ketika ia tiba di ujung tanjung, ia bertemu dengan kedua temannya, si Liong dan si Tek Wan. Mereka berkawan kembali.

Tetapi ketika si Liong dan Tek Wan mengetahui bahwa Asui membawa emas, mereka memaksa Asui untuk membagi emas itu. Karna takut kepada Liong dan Tek Wan. Asui berjanji akan membagi emas tersebut.

Akhirnya Asui mendapat suatu akal agar emas itu tidak dibagi. Ia berpura-pura pergi membeli makanan untuk bertiga.

Dalam hatinya ia bertekad: "Sebaiknya makanan ini saya bubuhkan racun. Biarkan mereka makan duluan. Begitu mereka makan, mereka langsung mati, karena racun yang dibubuhi itu racun yang keras.

Sebaliknya, ketika Asui sedang pergi membeli makanan, Liong dan Tek Wan menyusun rencana. Mereka telah mufakat, begitu Asui datang langsung mereka bunuh. Dengan demikian emas itu mereka miliki berdua.

Demikianlah ketika Asui tiba dari membeli makanan, langsung mereka serang dan mereka bunuh. Asui mati terkapar. Liong dan Tak Wen tertawa terbahak-bahak, karena mereka akan memiliki emas itu.

Kemudan mereka melahap makanan yang dibawa oleh si Asui. Belum sempat habis makanan tersebut, Liong dan Tek Wan pun mati terkapar di tempat itu karena makan racun yang berbisa yang dibubuhkan oleh si Asui. Ketiga bajak laut itu semuanya mati karena rakus harta. Tinggallah emas itu di tempat tersebut menjadi harta karun. Hingga sekarang tidak ada di antara penduduk yang mendapatkannya.

Menurut penuturan orang-orang tua, sang Datok yang tidak diketahui namanya, sering membela petani dan nelayan di daerah itu dari serangan bajak laut. Selama orang tua itu masih hidup, tidak ada bajak laut yang berani mengganggu penduduk di daerah Tanjung itu. Itulah sebabnya tanjung tersebut dinamai "TANJUNG DATUK" oleh penduduk.


"Cerita Rakyat Dari Kalimantan Barat Jilid 2" oleh Syahzaman 

Pesan Moral yang terkandung dalam cerita di atas adalah kita tidak boleh jadi orang yang suka berbohong karena sifat pembohong itu tidak baik. Cerita ini memberikan pembelajaran kepada kita agar tidak berkelakuan buruk seperti si Asui dan kawannya itu. Kita juga tidak boleh tamak dan loba terhadap harta karena tamak akan harta dapat menimbulkan bala bencana. Kita boleh mengumpulkan harta, tetapi tidak boleh serakah seperti bajak laut itu.

Selasa, 19 Januari 2016

Fakta Unik Lagu Cik Cik Periuk, Lagu Daerah Kalimantan Barat


SampanPesisir- Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke memiliki beraneka ragam lagu daerah. Lagu daerah yang tersebar di Nusantara merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang sangat tinggi nilainya. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda Indonesia harus melestarikannya. Lagu daerah Indonesia sangat beraneka ragam karena banyaknya suku bangsa di negeri ini.

Lagu daerah adalah lagu yang berasal dari suatu daerah dan menggunakan bahasa daerah tersebut. Hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki lagu daerah. Meskipun merupakan lagu daerah, tetap dikenal dan eksis di ranah bumi Indonesia.

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi Kota Pontianak. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km� (7,53% luas Indonesia). Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).

CIK CIK PERIUK

Cik Cik Periuk adalah lagu daerah resmi Kalimantan Barat yang berasal dari Kabupaten Sambas.  Lagu ini tidak diketahui siapa penciptanya, namun menurut masyarakat Sambas lagu ini diciptakan oleh orang asli yang sudah mendiami pesisir Sambas pada jaman dahulu yaitu Orang Melayu Tua (Melayu Proto) atau yang lebih dikenal dengan Suku Dayak. Selain itu, lagu ini sudah ada sejak 150 tahun yang lalu.

Seperti dilansir equatoronline, jika dilihat dari Langgam "Bermakna Alunan Musik Dan Gaya" , Lagu tersebut sangat mencerminkan aspek sosial penduduk asli daerah sekitar serta didukung dari nada yang masih sangat Pentatonik .



 Latar belakang pembuatan lagu cik cik periuk sangat kaya akan nilai sejarah terhadap kehadiran bangsa pendatang di Sambas . Ungkap " Mul'am Husairi Walid " Yang Merupakan Budayawan Asal Kabupaten Sambas. 

Lagu Cik Cik Periuk juga tersebar di Provinsi Kepulauan Riau dan sudah dikenal dunia. Banyak di remake dengan genre yang unik dan modern. Ini merupakan kebanggaan masyarakat Kalimantan Barat terutama suku Dayak maupun suku Melayu Sambas.

LIRIK LAGU



MAKNA LAGU

Seperti yang saya kutip dari situs wikipedia.org, menyebutkan bahwa Lagu Cik Cik Periuk bermakna tentang sindiran dari masyarakat Sambas pada zaman dahulu kepada masyarakat luar yang datang ke daerah Sambas.

Kata cik cik bermakna bunyi dari dalam periuk, sedangkan periuk adalah peralatan dapur yang terbuat dari logam atau tanah liat yang digunakan untuk membuat nasi. Kata cik cik tidak boleh ditulis dengan kata penghubung, karena kata ini bukan merupakan kata pengulangan.

Sedangkan, kalimat belanga sumping dari jawa maksudnya adalah sebuah panci yang sudah rusak bagian tepinya yang berasal dari Jawa. Makna konotatif dari kalimat ini adalah bahwa semua hal yang berasal dari Jawa itu tidak baik, karena masyarakat yang datang ke daerah Sambas adalah tentara Jawa yang memakai pakaian tentara Hindia Belanda.
Datang nek kecibok bawa' kepiting dua ekok
Kalimat datang nek kecibok bermakna bahwa orang yang datang ke daerah Sambas tidak hanya orang Jawa saja, tetapi orang yang berasal dari Tiongkok juga. Sedangkan, kalimat bawa' kepiting dua ekok bermakna bahwa seekor kepiting memiliki dua buah capit yang tajam yang digunakan untuk membawa dua niat yang berbeda atau memiliki dua strategi yang saling mengapit kanan dan kiri, maksudnya adalah selalu mengadu domba.
 
Cak cak bur dalam belanga', idong picak gigi rongak
Kalimat cak cak bur dalam belanga' bermakna bahwa semua benda masuk ke dalam panci. Makna konotasi dari kalimat cak cak bur dalam belanga' adalah bahwa semua hal dalam kehidupan sudah sangat sibuk, seperti di dalam panci yang sudah tercampur semua benda. Dikatakan kehidupan sudah sangat sibuk karena kehidupan sekarang sudah banyak orang yang sibuk dengan urusan dunia dan melupakan kehidupan akhirat. Sedangkan, kalimat idong picak gigi rongak bermakna bahwa ada orang yang serba memiliki kekurangan, karena hidungnya pesek dan giginya ompong. Gigi ompong bermakna orang yang jelek.
 
Sape ketawa' dolok dipancung raje tunggal
Kalimat ini bermakna bahwa siapa yang tertawa ketika melihat orang yang jelek maka akan diberi hukuman berupa pancungan oleh raja tunggal, karena telah menghina ciptaan sang Tuhan. Maksud dari raja tunggal adalah Tuhan.

Fakta Seputar Organisasi GAFATAR Yang Perlu Kamu Ketahui


SampanPesisir- Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mencuat di Kalimantan Barat pasca massa dari Kabupaten Kayong Utara dan Kabupaten Mempawah memaksa  para Eks Gafatar untuk meninggalkan Bumi Khatulistiwa. Seperti yang kita ketahui pada Senin (18/1/2016) malam, massa dari gabungan masyarakat Kabupaten Mempawah (Kalimantan Barat), melampiaskan kekesalannya terhadap Eks Gafatar yang tidak mau meninggalkan Kabupaten Mempawah, sehingga massa pun merusak dan membakar mobil milik salah satu warga eks Gafatar.

Seperti yang saya kutip dari situs okezone.com, menyebutkan bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengumumkan fatwa mengenai Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang akhir-akhir ini meresahkan dengan banyaknya masyarakat yang hilang tiba-tiba.

"Kemungkinan awal Februari kami bisa umumkan," kata pengurus Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ridha Salamah seusai mengikuti pertemuan tertutup di Kantor kesbangpolinmas DIY, Minggu (17/1/2016).

Gafatar akan dinyatakan sesat jika terbukti ingin menyatukan ajaran Islam, Kristen, dan Yahudi hingga mengubah sejumlah ketentuan dalam Islam. "Jika mereka mengatakan mereka bukan bagian dari Islam, maka tidak ada masalah," jelasnya.

Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh telah mengeluarkan fatwa bahwa Gafatar beraliran sesat. Pengurus Gerakan Fajar Nusantara Aceh diadili di Pengadilan Negeri Banda Aceh dengan tuduhan menyebarkan aliran sesat.
massa membakar kapung pengikut Gafatar di Moton Panjang, Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat, Selasa (19/1/2016). tribunpontianak


APA ITU GAFATAR ?

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) bukanlah sebuah organisasi yang baru berdiri. Pendeklarasian yang dilakukan pada 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran semakin mengukuhkan keberadaan organisasi yang diketuai oleh Mahful M. Tumanurung ini. Namun tak lama dideklarasikan ternyata pemerintah Indonesia telah mencium adanya sesuatu yang salah dari organisasi ini.

Pemerintah akhirnya memutuskan bahwa Gafatar adalah organisasi yang terlarang. Pelarangan tersebut semakin diperkuat dengan dikeluarkannya surat Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri RI Nomor 220/3657/D/III/2012 tangga 20 November 2012.

Hingga akhirnya di awal Januari 2016 ini semua perhatian masyarakat tertuju pada organisai yang diikuti oleh beberapa pegawai negeri sipil (PNS) yang telah dinyatakan hilang di beberapa daerah. Selain banyaknya orang hilang karena mengikuti organisasi tersebut, inilah beberapa fakta tentang organisasi Gafatar yang harus kamu tahu.

Gafatar disinyalir merupakan gabungan beberapa organisasi meliputi Lembaga Kerasulan, Isa Bugis, NII, Alqiadah Al Islamiyah dan Komar (Komunitas Millah Abraham) ini berhasil merekrut banyak orang dengan kamuflase kegiatan sosial. Untuk mencapai tujuannya untuk hijrah, mereka memiliki lahan hibah seluas 5.000 hektare di Pulau Kalimantan yang akan dibangun menjadi kota mandiri.

Dalam dasar pemikiran Gafatar dituliskan bahwa bangsa Indonesia disebut belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan neoimperialis, sehingga kekayaan bangsa ini terus-menerus diperas oleh negara-negara penjajah dan secara tidak sadar telah menjadikan bangsa asing sebagai tuan di negeri sendiri.

Pemikiran tersebut melahirkan sebuah tekad yang kuat berdirinya Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) untuk mengubah bangsa dalam mensejahterakan rakyatnya. Bahkan menurut Ketua Umum Gafatar Mahful M. Tumanurung kepada Komhukum.com mengatakan, kebiasaan hidup dengan gaya feodalis yang mendewakan penjajah, dan mental budak sebagai bangsa tertindas masih membumi dalam kehidupan keseharian.

VISI DAN MISI GAFATAR

Seperti yang saya kutip dari situs gafatar.org, sebagaimana lazimnya sebuah Komunitas atau Organisasi yang memiliki visi dan misi, maka Organisasi Kemasyarakatan Gerakan Fajar Nusantara pun memiliki visi dan misi yang berbeda dari organisasi lainya, yakni:

V i s i

Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam.

M i s i

Memperkuat solidaritas, kebersamaan, persatuan, dan kesatuan khususnya antar sesama elemen bangsa Indonesia serta dunia pada umumnya. Selain itu, juga memupuk saling pengertian dan kerja sama antar sesama lembaga yang memiliki kepedulian dan perhatian terhadap upaya perdamaian dan kesejahteraan dunia.

FAKTA ORGANISASI GAFATAR YANG PERLU KAMU TAHU (Dilansir bintang.com)

Pertama, dalam situs resminya Gafatar.org, secara panjang lebar organisasi ini menjelaskan dasar pemikiran berdirinya Gafatar. "Patut digaris bawahi, Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) didirikan bukan atas dasar kepentingan kelompok, golongan, aliran, suku, agama, kepercayaan atau ras manapun,"ungkap artikel yang di dalam keterangannya ditulis Zulfahmi itu.

Kedua, dalam dasar pemikiran terbentuknya Gafatar juga dijelaskan bahwa Gerakan Fajar Nusantara (GAFATAR) adalah Organisasi Kemasyarakatan yang bertekad untuk memperjuangkan Keadilan, Kemakmuran, dan Kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia menuju tatanan kehidupan damai sejahtera, dengan jalan mengembalikan jati diri dan nilai-nilai luhur bangsa, serta mengangkat harkat, martabat dan kejayaan Nusantara di tengah-tengah percaturan dunia.

Ketiga, tak banyak orang yang tahu bahwa Gafatar adalah organisasi terlarang di Indonesia. Hal tersebut terbukti ketika keluarga salah satu pengikut Gafatar yang hilang, yakni Ahmad Kevin Aprilio (16) menjelaskan bahwa anggota keluarganya memang pengurus di organisasi tersebut.

Keempat, beberapa warga Yogyakarta dan sekitarnya hilang diduga ikut Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Diduga ada empat orang yang berasal dari DIY hilang karena mengikuti gerakan ini. Adapun dr Rica Tri Handayani dan anaknya, Diah Ayu Yulianingsih, seorang ibu putra satu anak dari Sleman; seorang PNS RSUP Dr Sardjito berinisial ES; serta Ahmad Kevin Aprilio pelajar SMA yang hilang bersama ayahnya.

Kelima, dalam situs Gafatar.org tertulis Visi Gafatar adalah Terwujudnya tata kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang damai sejahtera, beradab, berkeadilan dan bermartabat di bawah naungan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyatuan nilai-nilai luhur bangsa, peningkatan kualitas ilmu dan intelektualitas, serta pemahaman dan pengamalan nilai-nilai universal agar menjadi rahmat bagi semesta alam.

Keenam, Gafatar adalah salah satu organisasi terlarang yang paling sering berganti nama. Sebelum menggunakan nama Gafatar, nama yang dipakai adalah Milah Abraham. Organisasi tersebut juga sempat berganti nama menjadi Negara Karunia Tuhan Semesta Alam (NKSA). Milah Abraham dicap sebagai komunitas ajaran sesat karena mencampuradukkan ajaran Islam, Nasrani, dan Yahudi. Kelompok ini sempat marak di Depok, Jawa Barat, pada 2010.

POLA PEREKRUTAN

Seperti yang dilansir dari situs beritagar.id, Gafatar disebut-sebut mengintensifkan perekrutan terhadap mantan aktivis keagamaan, khususnya anak muda dengan latar belakang profesi. "Itu yang berhasil kami deteksi. Kami akan telusuri lebih jauh siapa sasaran rekruitmen Gafatar," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan.

Disebutkan Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, Cholil Nafis, Gafatar juga menyasar orang berpendidikan tinggi yang tertarik dengan agama tapi tidak mempunyai dasar pengetahuan yang mencukupi.

"Gerakan-gerakan semacam ini kan sasarannya para kaum-kaum eksekutif yang tertarik belajar agama, tapi mereka tidak mempunyai dasar pengetahuan yang cukup," kata Cholil melalui Detik.com.

Mantan pengikut Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan melalui Viva.co.id, mengatakan Gafatar dalam basis gerakannya tak jauh berbeda dengan NII.

Lembaga ini menanamkan simpatik kepada warga lewat beragam kegiatan positif seperti donor darah, pelatihan atau bimbingan belajar gratis.

Ken mengatakan propaganda berupa ketidakadilan yang diterima warga negara, menjadi rumus ampuh untuk merekrut anggota khususnya para generasi muda.

Gerakan GAFATAR di Nusantara

Senin, 18 Januari 2016

Sepotong Sejarah Asal Usul Orang Khek Singkawang

Ikatan Koko Meimei Kalimantan Barat

SampanPesisir- Kota Singkawang atau San Keuw Jong (Hanzi: ??? hanyu pinyin: Shankou Y�ng) adalah sebuah kota (kotamadya) di Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 145 km sebelah utara dari Kota Pontianak, ibukota provinsi Kalimantan Barat, dan dikelilingi oleh pegunungan Pasi, Poteng, dan Sakok. Nama Singkawang berasal dari bahasa Hakka, San khew jong yang mengacu pada sebuah kota di bukit dekat laut dan estuari.

ASAL USUL SINGKAWANG

Awalnya Singkawang merupakan sebuah desa bagian dari wilayah kesultanan Sambas, Desa Singkawang sebagai tempat singgah para pedagang dan penambang emas dari Monterado. Para penambang dan pedagang yang kebanyakan berasal dari negeri China, sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah lama sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Waktu itu, mereka (orang Tionghoa) menyebut Singkawang dengan kata San Keuw Jong (Bahasa Hakka), mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka yang cukup menjanjikan, sehingga antara penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.

Asal Usul Orang Khek Di Singkawang
Tugu Naga - Singkawang

ASAL USUL KHEK SINGKAWANG

Asal usul komunitas Tionghoa di Nusantara memiliki sejarah yang menarik. Mereka ternyata berasal dari suku yang berbeda satu sama lain. Tidak hanya yang kita kenal yaitu `orang China' saja. Orang Tionghoa di Indonesia datang dari dua propinsi yaitu Fujian dan Guangdong. Kelompok terbesar yang ada di Indonesia adalah Hokkian (Fujian) yang menurut sensus tahun 1930 berjumlah 550.000 jiwa. Mereka tersebar di Jawa, Madura, Sumatera (kecuali Bengkalis), Indonesia bagian Timur dan sedikit di Kalimantan Barat. Kelompok lainnya yaitu Hakka yang berasal dari Barat Daya propinsi Fujian dan menurut sensus 1930 berjumlah 200.000 jiwa. Kelompok ini banyak terdapat di Kalimantan Barat.

Asal Usul Orang Khek Di Singkawang
Vihara Tri Dharma Bumi Raya

Diangkat dari disertasi Harry Purwanto di Universitas Indonesia buku Orang Cina Khek dari Singkawang ini membahas kehidupan kebudayaan kelompok Hakka (Ke Jia atau Khek) di Indonesia, khususnya di Singkawang, Kalimantan Barat.

Salah satu hal yang menarik adalah istilah `China' yang masih digunakan mereka. Orang-orang China Singkawang, Kalimantan Barat dan di Bangka selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Ch'in tanpa memiliki anggapan bahwa istilah itu mengandung konotasi merendahkan atau menghina. Tidak jarang pula mereka mengidentifikasikan diri sebagai orang Tong Nyin atau orang dari dinasti Tang (618-907 M) yang merupakan orang Manchu (halaman 20).

Menurut pendapat pakar sejarah, istilah China diambil dari Dinasti Qin (baca: Chin) yang berkuasa pada 221-206 SM. Alasannya karena kaisar Qin yang pertama dianggap sebagai pemersatu negeri China. Begitupula dengan Orang Belanda, Inggris dan Italia yang menyebut negeri China dengan China. Sementara orang Rusia menyebut China dengan Kitai (China). Ada pendapat lain di daratan China yang mengatakan bahwa kata China diasosiasikan dengan kata Zhina, sebuah kata yang sengaja diciptakan oleh orang Jepang untuk menghina orang China. Sedangkan orang Jawa jaman dahulu menyebut mereka dengan nama Tartar.

Hal menarik lainnya dalam buku ini adalah penjelasan yang gamblang dan menyeluruh mengenai alasan mengapa orang `China' masih sulit diterima sepenuhnya oleh orang `Indonesia'. Penulis menghubungkan dengan orientasi sejumlah orang `China' yang masih sangat kuat pada negeri leluhurnya serta pandangan merendahkan mereka terhadap suku-suku lain di Indonesia. Sikap inilah yang menghalangi mereka untuk berasimilasi dengan warga setempat (halaman 103).

Selain itu kita diberikan pula data sejarah dan lapangan mengenai persoalan `China' di Indonesia, hasil ketekunan penulis selama 15 tahun. Antara lain; pembahasan mengenai perjanjian dwi kewarganegaraan di zaman pemerintahan Soekarno (hal.68), awal kontak antara orang `China' dengan penduduk asli Kalimantan Barat (hal.117), asal usul nama kota Singkawang yang berasal dari bahasa Hakka, San Kheu Yong (Shan= gunung, Kou= mulut sungai, dan Yang= lautan). Nama Singkawang ini rupanya muncul dari penafsiran para perantau China di masa lampau (halaman 138).

Kelompok orang Khek ini ternyata selalu dianggap "tamu" oleh sesama orang China (baik di Fujian, Guangdong maupun di luar negeri). Pada abad ke-10, mereka pindah dari Henan ke Shantung kemudian pada abad ke-13 pindah ke Fujian. Mereka didesak ke Barat oleh penduduk Fujian dan Guangdong, ke daerah perbukitan yang kurang subur di perbatasan Fujian dan Guangdong. Pengalaman berpindah-pindah dan berjuang untuk hidup dalam kehidupan yang keras inilah yang menyebabkan perseteruan dengan kelompok lain. Mereka menjadi lebih ulet, gigih, keras ketika harus pindah lagi ke luar negerinya untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Di tempat baru, seperti di Kalimantan, adaptasi mereka ternyata cukup tinggi meskipun mereka dianggap kurang ramah.

Tahun 1760 mereka datang dalam jumlah yang besar ke Kalimantan. Mula-mula mereka didatangkan dan dipekerjakan di tambang emas oleh Sultan Sambas sejak tahun 1740-an. Sebelumnya, hanya orang Dayak dan Melayu yang menjadi penambang tetapi ternyata hasil yang diperoleh sedikit. Sementara itu orang Khek lebih berpengalaman dan unggul dalam teknologi penambangan sehingga dapat memproduksi emas lebih banyak. Orang Khek pada saat itu juga memiliki organisasi untuk mendatangkan buruh `China' dari daratan China dan menguasai buruh sehingga pertambangan dapat terus berlangsung.

Lama kelamaan, karena alasan-alasan seperti ingin bagian yang lebih besar dan tidak puas pada Sultan (mereka merasa diperas) maka mereka tidak menyerahkan emasnya kepada Sultan Sambas tetapi untuk diri mereka sendiri dan mendirikan kongsi. Kongsi adalah organisasi yang mengurus kehidupan orang Khek termasuk memiliki pasukan keamanan untuk menjaga keselamatan masyarakat Khek.

Kongsi pertama menurut Victor Purcell dalam The Chinese in Southeast Asia adalah Lan-fang didirikan di Mandor oleh Lo-Fong-Phak yang berasal dari suku Hakka. Ia tiba di Borneo pada 1772 dengan 100 orang anggota keluarga. Pada awalnya mereka bergerak di bidang pertanian dan tidak ada hubungannya dengan pertambangan. Sementara itu dua kongsi besar lainnya adalah Ta-kang dan San-t'iao-kou. Keberadaan kongsi-kongsi ini tidak disukai pemerintah Hindia Belanda karena mereka menganggap seperti `negara dalam negara'. Alasannya ada beberapa kongsi besar dan kecil memiliki pasukan sendiri, seperti Lan-fang memiliki 6000 prajurit, Ta-kang 10.000 prajurit dan San-t'iao-kou 5000 prajurit.

Akhir abad ke-18, kongsi-kongsi ini tidak lagi `mengakui' kekuasaan Sultan Sambas. Kemudian mereka memberontak dan berusaha mengambil alih usaha tambang emas tersebut. Orang Khek juga pernah bersengketa dengan orang Dayak. Penyebabnya mungkin karena masalah tanah ketika orang Khe mulai membuka hutan untuk ditanami lada dan sayuran.

Kajian antropologis yang menjadi kajian utama buku ini tentunya merupakan bagian yang tidak kalah menarik. Misalnya ketika mereka dipaksa pindah meninggalkan rumah dan tanah mereka, peraturan pemerintah mengenai perimbangan antara murid bumiputera dan murid Tionghoa yang mengakibatkan banyak anak Tionghoa terpaksa tidak sekolah, dan pembahasan mengenai kewajiban orang Tionghoa mengganti namanya dengan nama Indonesia. Padahal, nama bagi orang Tionghoa memiliki makna khusus dan menunjukkan ke'aku'an mereka. Sehingga muncullah nama-nama yang terdengar aneh di telinga, misalnya ada seorang pria di Singkawang yang bernama Tjhin Sin Kie yang mengganti namanya menjadi Fatmawati (halaman 279).

Masih soal penggantian nama, ada di antara mereka yang menggunakan nama Ngatijan. Sekilas nama ini mengingatkan pada nama orang Jawa. Alasan memilih nama ini karena ada pertimbangan untuk tetap menyertakan nama she (marga) mereka ke dalam nama Indonesia. Sebelum berganti nama, ia bernama Ng Sjak Tshin (hal.335). Mereka justru tidak memilih nama Dayak tetapi cenderung memilih nama Jawa atau Melayu. Penulis mengaitkan alasan ini dengan konflik berdarah yang merupakan rangkaian peristiwa pengungsian tahun 1967 yang rupanya menimbulkan `rasa permusuhan laten'.

Seperti pengalaman nenek moyang mereka di negeri leluhur yang selalu dipinggirkan, peristiwa yang hampir mirip yaitu `pengungsian' tahun 1967 juga dialami orang Khek di perantauan. Peristiwa tersebut merupakan ekses politik konfrontasi Indonesia dengan Malaysia dan peristiwa pemberontakan komunis tahun 1965. Berawal dari konflik terbuka antara ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) melawan Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) dan Pasukan Gerilya Rakyat Kalimantan Utara (Paraku). Kelompok PGRS (Pasukan Gerilya Rakyat Serawak) yang terdiri dari orang-orang Cina Komunis atau Leftist (kiri) bersikap oposan terhadap pemerintah RI dan Malaysia.

Kejadiannya berawal pada bulan Juli 1967, ketika itu PGRS menyerang pangkalan udara di Senggau Ledo dekat Serawak. Akibatnya, pemerintah RI berusaha mendapat dukungan dari Malaysia untuk menumpas gerakan tersebut. Oleh karena gerakan itu didukung oleh orang-orang China maka tindakan berikutnya adalah memindahkan orang China dari daerah pedalaman ke kota. Tujuannya untuk mengisolasi sumber logistik dan intelijen mereka. Dalam `menumpas' PGRS, peranan orang Dayak sangat penting sekali. Diperkirakan sekitar 50.000 orang China dipaksa pindah dari desa ke kota. Sedangkan sebagian lainnya terbunuh.

Asal Usul Orang Khek Di Singkawang
 
Dilengkapi dengan indeks, foto-foto, tabel serta bagan, buku ini tidak hanya menarik tetapi juga kaya akan informasi yang mewarnai keragaman studi mengenai salah satu komunitas di Indonesia. Salah satu komunitas yang dalam sejarahnya kerapkali menjadi sasaran diskriminasi dari pemerintah dan masyarakat Indonesia. Selebihnya, untuk lebih dalam menelusuri seluk beluk orang Khek di Indonesia, Thuk Lia Su (baca buku ini) saja!

Indonesia Menjadi Tuan Rumah Gerhana Matahari Total 2016

SampanPesisir- Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak 384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.

Gerhana mayahari total terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.

Sejumlah peristiwa langit akan terjadi di dunia sepanjang tahun 2016. Supermoon, hujan meteor, dan yang teristimewa adalah gerhana matahari total yang akan teramati di wilayah Indonesia pada hari Rabu tanggal 9 Maret 2016. Jalur gerhana akan diawali saat matahari terbit di Pulau Sumatera hingga Maluku (Indonesia), mulai sekitar pukul 7.30 pagi di Sumatera dan sekitar pukul 10 pagi di Maluku Utara.Kota-kota besar di Indonesia yang akan kebagian Gerhana Matahari Total ini adalah Bengkulu, Palembang, Palangkaraya, Balikpapan, Tanjung Pandan, Palu dan Ternate.

Seperti di kutip dari kompas.com (Senin, 18/01/2016), Jalur totalitas gerhana membentang dari Samudra India hingga utara Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. Jalur gerhana itu selebar 155-160 kilometer dan terentang sejauh 1.200-1.300 kilometer, yang kali ini melintasi 12 provinsi di Indonesia.

Provinsi-provinsi itu adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga dilintasi. Namun, tidak semua daerah di provinsi itu dilintasi jalur totalitas gerhana.

Fenomena alam langka itu diburu peneliti dan wisatawan. Data sementara, peneliti Lapan serta Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) akan mengamati GMT di Maba. Tim Lapan juga akan mengamati di Ternate, Maluku Utara.

Kepala Observatorium Bosscha ITB Mahasena Putra mengatakan, sejumlah peneliti yang tersebar di beberapa daerah itu berencana menyiarkan langsung GMT melalui fasilitas live streaming sehingga totalitas gerhana tetap bisa dinikmati masyarakat di daerah lain.

Untuk lengkapnya, berikut rincian waktu Gerhana Matahari Total yang bakal terjadi di beberapa provinsi di Indonesia.

Palembang (1 menit 52 detik)
Mulai gerhana 06.20 WIB
Gerhana Matahari Total 07.20 WIB
Berakhir gerhana 08.31 WIB

Bangka (2 menit 8 detik)
Mulai gerhana 06.20 WIB
Gerhana Matahari Total 07.21 WIB
Berakhir gerhana 08.33 WIB

Belitung (2 menit 10 detik)
Mulai gerhana 06.21 WIB
Gerhana Matahari Total 07.22 WIB
Berakhir gerhana 08.35 WIB

Sampit (2 menit 8 detik)
Mulai gerhana 06.23 WIB
Gerhana Matahari Total 07.27 WIB
Berakhir gerhana 08.44 WIB

Palangkaraya (2 menit 29 detik)
Mulai gerhana 06.23 WIB
Gerhana Matahari Total 07.28 WIB
Berakhir gerhana 08.46 WIB

Balikpapan (1 menit 9 detik)
Mulai gerhana 07.25 WITA
Gerhana Matahari Total 08.33 WITA
Berakhir gerhana 09.53 WITA

Palu (2 menit 4 detik)
Mulai gerhana 07.27 WITA
Gerhana Matahari Total 08.37 WITA
Berakhir gerhana 10.00 WITA

Poso (2 menit 40 detik)
Mulai gerhana 07.28 WITA
Gerhana Matahari Total 08.38 WITA
Berakhir gerhana 10.02 WITA

Luwuk (2 menit 50 detik)
Mulai gerhana 07.30 WITA
Gerhana Matahari Total 08.41 WITA
Berakhir gerhana 10.07 WITA

Ternate (2 menit 39 detik)
Mulai gerhana 08.36 WIT
Gerhana Matahari Total 09.51 WIT
Berakhir gerhana 11.20 WIT

Halmahera (1 menit 36 detik)
Mulai gerhana 08.37 WIT
Gerhana Matahari Total 09.54 WIT
Berakhir gerhana 11.24 WIT

Suku Melayu di Kalimantan Barat


SampanPesisir- �Melayu di Kalbar adalah Melayu yang heterogen, dimana dalam Melayu Kalbar terdiri dari banyak suku seperti Bugis, Banjar dan lainnya. Kita sebut mereka Melayu asalkan dalam rumah tangga keseharian menggunakan bahasa Melayu, beragama Islam dan tinggal di Kalimantan Barat.�. (Firman  Muntaco, SH, MH. - KETUA Umum DPP PFKPM (Persatuan Forum Komunikasi Pemuda Melayu))

Kalimantan Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan dengan ibu kota Provinsi 'Kota Pontianak'. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat adalah 146.807 km� (7,53% luas Indonesia). Merupakan provinsi terluas keempat setelah Papua, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah.

Daerah Kalimantan Barat termasuk salah satu daerah yang dapat dijuluki provinsi "Seribu Sungai". Julukan ini selaras dengan kondisi geografis yang mempunyai ratusan sungai besar dan kecil yang di antaranya dapat dan sering dilayari. Beberapa sungai besar sampai saat ini masih merupakan urat nadi dan jalur utama untuk angkutan daerah pedalaman, walaupun prasarana jalan darat telah dapat menjangkau sebagian besar kecamatan.

Kalimantan Barat berbatasan darat dengan negara bagian Sarawak, Malaysia. Walaupun sebagian kecil wilayah Kalimantan Barat merupakan perairan laut, akan tetapi Kalimantan Barat memiliki puluhan pulau besar dan kecil (sebagian tidak berpenghuni) yang tersebar sepanjang Selat Karimata dan Laut Natuna yang berbatasan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Jumlah penduduk di Provinsi Kalimantan Barat menurut sensus tahun 2004 berjumlah 4.073.304 jiwa (1,85% penduduk Indonesia).

Suku Melayu (bahasa Melayu: Melayu Jawi: ?????) adalah sebuah kelompok etnis dari orang-orang Austronesia terutama yang menghuni Semenanjung Malaya, Sumatra bagian timur, bagian selatan Thailand, pantai selatan Burma, pulau Singapura, Borneo pesisir termasuk Brunei, Kalimantan Barat, dan Sarawak dan Sabah pesisir, dan pulau-pulau kecil yang terletak antara lokasi ini - yang secara kolektif dikenal sebagai Alam Melayu. Lokasi ini sekarang merupakan bagian dari negara modern Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei, Burma dan Thailand.
Dare Melayu Pontianak

Meskipun begitu, banyak pula masyarakat Minangkabau, Mandailing, dan Dayak yang berpindah ke wilayah pesisir timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, mengaku sebagai orang Melayu. Selain di Nusantara, suku Melayu juga terdapat di Sri Lanka, Kepulauan Cocos (Keeling) (Cocos Malays), dan Afrika Selatan (Cape Malays).

Secara ras atau rumpun bangsa, Melayu di Indonesia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Melayu Deutero dan Melayu Proto.

Menurut Teori Antropologi, Bangsa Melayu berasal dari percampuran dua bangsa, yaitu Proto Melayu dan Deutero Melayu. Proto Melayu adalah ras Mongoloid, diperkirakan bermigrasi ke Nusantara sekitar tahun 2500-1500 SM, kemungkinan mereka berasal dari daerah : Provinsi Yunnan di selatan Cina, New Guinea atau Kepulauan Taiwan. Sementara Bangsa Deutero Melayu berasal dari dataran Asia Tengah dan Selatan, yang datang ke Nusantara pada sekitar tahun 300 SM. Diperkirakan kedatangan Deutero Melayu membawa pengaruh budaya India yang kuat dalam sejarah Nusantara dan Asia Tenggara. (Ahmad Samantho ) 

Melayu Deutero adalah rumpun Melayu Muda yang datang setelah Melayu Proto pada Zaman Logam sekitar lebih kurang 500 SM. Rumpun yang masuk gelombang kedua ini meliputi suku bangsa Melayu, Aceh, Minangkabau, Sunda, Jawa, Manado, yang bermukim di pulau Sumatra, Jawa, Bali, Madura, dan Sulawesi.

Melayu Proto adalah rumpun Melayu Tua yang datang kali pertama pada masa lebih kurang 1500 SM meliputi suku bangsa Dayak, Toraja, Sasak, Nias, Batak, Kubu dll. yang bermukim di pulau Kalimantan, Sulawesi, Nias, Lombok, dan Sumatra.

Adapun golongan lain yang bukan termasuk rumpun Melayu namun tetap termasuk bangsa di Indonesia yaitu rumpun Melanesia yang bermukim di bagian wilayah timur Indonesia. Meskipun demikian, istilah Melayu yang digunakan di Indonesia lebih mengacu pada arti suku bangsa yang lebih spesifik sehingga Melayu yang ada tidak termasuk suku bangsa Jawa yang merupakan suku bangsa mayoritas.

Berikut ini uraian suku Melayu di wilayah Indonesia:


  • Suku Melayu (Muslim) di Indonesia menurut sensus tahun 2000 terdiri dari:
    • Melayu Tamiang
    • Melayu Palembang, dalam sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu.
    • Melayu Bangka-Belitung, pada sensus 1930 tidak digolongkan suku Melayu. 
    • Melayu Deli
    • Melayu Riau
    • Melayu Jambi
    • Melayu Bengkulu
    • Melayu Pontianak
    • Melayu Sambas

  • Suku bangsa serumpun di Sumatra :
    • Suku Minangkabau (muslim)
    • Suku Kerinci (muslim)
    • Suku Talang Mamak (non muslim)
    • Suku Sakai (non muslim)
    • Orang Laut
    • Suku Rejang (muslim)
    • Suku Serawai (muslim)
    • Suku Pasemah (muslim)
    • Suku Penesak di Marga Danau (Pedamaran), Beti, Meranjat (Muslim)
    • Suku Lubai (muslim)
    • Suku Rambang (muslim)

  • Suku bangsa serumpun di Kalimantan (Rumpun Banjar)
    • Saq Senganan (Dayak Iban masuk Islam)
    • Suku Kedayan (muslim) dan Melayu Brunei (muslim)
    • Suku Banjar (muslim) dan Suku Bukit (non muslim)
    • Suku Berau (muslim)
    • Suku Kutai (muslim) dan Haloq (Dayak Tonyoy-Benuaq masuk Islam)

  • Suku bangsa serumpun di pulau Jawa :
    • Suku Betawi (muslim)

Penyebaran sub Melayu di Kalimantan Barat yang dapat dijabarkan pada pembagian berdasarkan 2 (dua) kelompok asal-usul (Purba,Juniar dkk,2011:106-108) yaitu :


1. Melayu Asli (Indegenous Malays) yaitu kelompok Melayu yang telah sangat lama bermukim di Kalimantan Barat (Melayu pribumi/Melayu setempat/Melayu asli) bahkan dimulai dari Melayu lama (Proto Melayu) berdasarkan geografis,penyebaran fisik,karakter kelompok dan dialek setempat yang digunakan.Atas dasar empat kriteria tersebut,kelompok Melayu Asli (Indegenous Malays) dapat dibagi kedalam 4 (empat) kategori dan terbagi atas sub pengelompokan yaitu:

  • Melayu Pesisir (bermukim di kawasan tepi pantai,laut,sungai, terbagi atas sub pengelompokan meliputi : sub Melayu Sambas, sub Melayu Mempawah, sub Melayu Kubu Raya dan sub Melayu Pontianak.Khusus di Kalimantan Barat,kelompok Melayu ini mayoritas tersebar dikawasan pesisir dan mereka merupakan kelompok yang telah lama bermukim didaerah ini.Bahkan secara umum masyarakat ini dikenal sebagai salah satu penduduk asli Propinsi Kalimantan Barat selain masyarakat Dayak yang lebih banyak tinggal dipedalaman di wilayah Kalimantan Barat.Sehingga kelompok Melayu ini menghasilkan karakter khas yang bersifat relatif lebih tenang dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam.
  • Melayu dari kawasan pedalaman dekat,terbagi atas sub pengelompokan meliputi : sub Mempawah Hulu,sub Melayu Bengkayang,sub Melayu Landak,sub Melayu Sanggau.
  • Melayu dari kawasan pedalaman jauh,terbagi atas sub pengelompokan meliputi : sub Melayu Tayan,sub Melayu Sekadau, sub Melayu Melawi,sub Melayu Sintang, sub Melayu Kapuas Hulu.
  • Melayu dari kawasan peralihan pada dua kawasan pedalaman, terbagi atas sub pengelompokan meliputi : sub Melayu Kayong Utara, sub Melayu Ketapang.

2. Melayu Kontemporer (Contemporary Malays) yaitu kelompok pendatang yang berasal dari berbagai kawasan Melayu diluar Kalimantan Barat diantaranya :

  • Daratan Sumatera seperti Palembang,Bengkulu,Sumatera bagian timur (Bangka Belitung,Medan dan sekitarnya,Jambi,Riau Daratan),Riau Kepulauan (Kepulauan Natuna,Tanjungpinang dan Batam sekitarnya).
  • Daratan Kalimantan seperti Kaltim,Kalsel.
  • Malaysia (Semenanjung/Malaysia Barat dan Malaysia Timur seperti Sarawak dan Sabah.

Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera. Bahasa Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakai bahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.

Suku Melayu modern merupakan keturunan orang Melayu kuno dari Kerajaan Malayu. Suku Melayu mendiami beberapa propinsi di Sumatera dan Kalimantan Barat. Suku Melayu juga terdapat di Malaysia, Singapura, Brunei, Thailand dan Afrika Selatan. Melayu Cape Town di Afrika Selatan merupakan keturunan suku Melayu dan sejumlah suku lainnya yang berasal dari Nusantara seperti Makassar, Banten dan Ternate.  

Kalimantan merupakan tanah asal bahasa Melayu Purba, yang disebut Orang Melayu dalam arti sempit hanya mengacu kepada orang Melayu Pontianak (muncul tahun 1771) yang bertutur mirip bahasa Melayu Riau. Tetapi dalam arti luas, rumpun Melayu mencakup beberapa suku beragama Islam seperti Senganan/Haloq (Dayak masuk Islam), suku Sambas, suku Kedayan (suku Brunei), suku Banjar, suku Kutai dan suku Berau.

Suku Melayu di Kalimantan Barat memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat erat dengan suku Melayu di Malaysia dan Brunai Darussalam. Tidak mengherankan jika pada musim hari Raya Idul Fitri banyak warga Malaysia dan Brunai Darussalam yang berkunjung ke Kalimantan Barat. Tujuan utama mereka adalah untuk mempererat hubungan silaturahmi dan mengunjungi makam nenek atau datok mereka.   

Suku Melayu Kalimantan Barat umumnya adalah campuran dari berbagai etnis diantaranya keturunan Suku Bugis perantauan di masa lalu terkait sejarah Kerajaan Mempawah (Daeng Menambon, yang tersebar misalnya sepanjang pantai utara wajok ke arah Singkawang), keturunan Arab di Pontianak dan sekitarnya, terkait sejarah Keraton Kadariah Pontianak, serta Suku Melayu perantauan dari Natuna ataupun Sumatra. Sedangkan Suku Melayu di Sambas merupakan gabungan tiga etnis besar yakni: Dayak, Melayu Arab dan Tionghoa. (Sambas = Sam artinya tiga, Bas artinya bangsa atau suku dalam bahasa Tionghoa). Suku Dayak yang memeluk Islam dan telah meninggalkan identisasnya juga dianggap sebagai orang Melayu.

Orang Tionghoa juga cukup banyak terdapat di Kalimantan Barat dan terutama terdapat di kawasan perkotaan. Di Kota Singkawang, etnis Tionghoa merupakan kelompok terbesar, disusul Melayu dan di Kota Pontianak etnis Tionghoa merupakan kelompok etnis terbear kedua setelah Melayu. Suku Jawa dan Suku Madura juga signifikan jumlahnya di Kalbar dan terutama mendiami kawasan transmigrasi dan perkotaan. Suku Sunda juga mendiami sebagian kawasan transmigrasi di Kalbar.

Suku bangsa lainnya yang di Kalimantan Barat yaitu Suku Bugis dan keturunan Arab yang juga banyak terdapat di pesisir dan perkotaan serta Suku Banjar, Suku Batak, Minangkabau dan suku-suku lainnya.

Komposisi Suku Bangsa di Kalimantan Barat berdasarkan Sensus 2000 terdiri suku Sambas (11,92%), Tionghoa (9,46%), Jawa (9,14%), Kendayan (7,83%), Melayu Pontianak (7,50%), Darat (7,39%), Madura (5,46%), Pesaguan (4,79%), Bugis (3,24%), Sunda (1,21%) dan Banjar (0,65%). Publikasi resmi BPS tersebut tidak menunjukkan secara resmi jumlah Suku Melayu dan Dayak.

Berdasarkan data BPS tahun 2003 setelah diolah, Suku bangsa di Kalimantan Barat, yaitu:

 

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Kalimantan_Barat

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Melayu

http://irwansahaja.blogspot.co.id/2014/07/sekilas-penjabaran-sejarah-suku-melayu.html

http://wartakalimantan.blogspot.co.id/2012/03/suku-melayu-kalimantan-barat.html

http://indonesianterrace.com/?p=1054

http://borneonusantaratime.com/2014/03/martabat-dan-marwah-puak-melayu-harus-dijaga/

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *