Blog untuk Pendidikan

Kamis, 27 Oktober 2016

Syarat Pengujian Beton


Pengujian Beton

Pengendalian kualitas pembuatan beton, tentu harus mengacu pada nilai-nilai dan ketentuan yang telah ditetapkan. Dibawah ini adalah tabel yang mana dapat membantu sebagai kontrol untuk mengetahui hasil nilai-nilai dalam pengujian beton.

Syarat-syarat Pengujian Beton

Yang mana :
A   =   Besi beton normal, tarik panas.
B   =   Besi beton mutu tinggi, tarik panas.
C   =   Besi beton mutu tinggi, dikerjakan dahulu.
d    =   Diameter normal dari besi beton dengan penampang bulat.
dk  =   Diameter rata-rata dari besi beton bentuk istimewa. Untuk besi beton bentuk istimewa dk = 12,8 vg   (g = berat batang dalam kg/m).
---------- o0o ----------
Artikel terkait tentang :
- Ilmu Teknik Sipil, silakan klik disini
Artikel lain :
- Belajar membuat Database menggunakan Microsoft Access_Untuk Pemula, Silakan klik disini
- Segudang Resep Hidangan Masakan Indonesia, untuk membuka silakan klik ...OK

Tegangan Ijin Beton

Tegangan Ijin Tekan & Tarik Pada Beton

Tegangan tekan yang diijinkan dari beton (bd) dalam kg/cm� dalam perhitungan berdasarkan teori elatisitas (n)


*) Untuk plat dengan  d = 25 cm dan juga b = 4 d

Tegangan tarik dan tekan yang diijinkan dari besi beton (yt) dalam kg/m



QR     =  Mutu besi beton pada batas regang
QRn   =  Mutu besi beton dengan percobaan mekanis
  • QR +  
  •         } =  Mutu besi beton pada regang minimum
  • QRn
---------- o0o ----------
Artikel terkait tentang :
- Ilmu teknik Sipil, silakan klik disini
Artikel lain :
- Segudang Resep Hidangan Masakan Indonesia, silakan klik disini
- Belajar membuat Database menggunakan Microsoft Access_Untuk Pemula, silakan klik disini

Rabu, 26 Oktober 2016

Simbol-simbol Rumus Perhitungan Beton


Arti Simbol Rumus Perhitungan Beton

  • P     =  beban titik dalam kg 
  • G     =  jumlah berat sendiri dalam kg 
  • Q     =  jumlah beban dalam kg 
  • M       =  momen lentur dari gaya-gaya luar yang harus diterima oleh penampang yang bersangkutan 
  • l         =  panjang bentang teoritis dalam m atau cm 
  • p       =  beban berguna pda plat atau lantai dalam kg/m atau kg/m 
  • q       =  p + g  
  • d       =  tebal seluruh dari plat atau lantai dalam cm
  • h       =  tinggi seluruh dari balok dalam cm 
  • b       =  lebar balok atau lebar jalur suatu lantai dalam cm 
  • B      =  lebar flens dari balok T dalam cm 
  • d�      =  tebal plat berguna (jarat dari serat beton tertekan yang paling ujung sampai pada titik berat tulangan tarik) dalam cm 
  • h�      =  tinggi balok berguna dalam cm
  • a       =  jarak dari bagian serat beton yang tertarik sampai pada titik berat tulangan tarik 
  • a'      =  jarak dari bagian serat beton yang tertekan sampai pada titik berat tulangan tekan
  • x       =  jarak dari garis netral sampai dengan serat beton tarik yang terluar dalam cm 
  • z       =  jarak dari titik berat bagian beton yang tertarik sampai dengan titik berat bagian besi yang tertarik dalam cm 
  • Fb     =  luas penampang beton dalam cm 
  • Fy     =  jumlah luas penampang tulangan tarik pada lebar plat atau balok dalam cm 
  • s bd   =  tegangan tekan pada bagian beton terluar dalam kg/cm 
  • s yt    =  tegangan rata-rata dalam baja dalam kg/m 
  • s yd   =  tegangan rata-rata dalam tulangan tekan dalam kg/m 
  • Obd    =  tegangan tekan beton yang diijinkan dalam kg/m 
  • O yt    =  tegangan tarik besi yang diijinkan dalam kg/m 
  • Eb      =  modules kekenyalan dari beton dalam kg/m 
  • Ey      = modules kekenyalan dari baja dalam kg/m 
  • n        =  perbandingan kekenyalan dari baja dan beton
                          n  = Ey / Eb
  • Db      =  resultante dari tegangan tekan beton dalm kg 
  • Ty      = resultante dari tegangan tarik baja dalm kg 
  • Eb      =  perpendekan spesifik dari beton pada bagian serat terluar 
  • Ey        =  perpendekan spesifik dari baja pada bagian titik berat dari tulangan
---------- o0o ----------
Artikel terkait tentang :
- Ilmu Teknik Sipil, silakan klik disini
Artikel lain :
- Segudang Resep Hidangan Masakan Indonesia, silakan klik disini
- Belajar membuat Database menggunakan Microsoft Access_Untuk Pemula, silakan klik disini

Menuju Masa Depan Pontianak Jaya

SampanPesisir - KOTA PONTIANAK berkedudukan sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Barat dan lebih dikenal sebagai Kota Khatulistiwa karena dilalui garis lintang nol derajat bumi. Di belahan utara kota ini, tepatnya daerah Siantan terdapat Tugu Khatulistiwa yang tidak jauh letaknya dari Sungai Kapuas.

Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurahman Alkadrie di persimpangan Sungai Landak - Sungai Kapuas Kecil - Sungai Kapuas Besar pada tanggal 14 Rajab 1185 H (23 Oktober 1771). Nama Pontianak berasal dari Bahasa Melayu yaitu Hantu Pontianak (Kuntilanak), dipercaya ada kaitannya dengan kisah Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh Hantu Pontianak ketika beliau menyusuri Sungai Kapuas.

Kota Pontianak kini genap berusia 242 tahun, semakin tahun semakin berubah baik positif maupun negatif. Pembangunan signifikan di kota ini membawa Kota Pontianak selangkah lebih maju dari kota-kota yang ada di Kalimantan Barat. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa kota ini mempunyai reputasi yang tidak begitu baik

Sumber Gambar : instagram/borneoskycam

Pada tahun 2011 (Survey Most Livable City), Kota Pontianak menyandang kota kedua paling tidak nyaman setelah Kota Medan. Kota Pontianak dipersepsikan oleh warganya memiliki tata kota yang buruk, biaya hidup yang tinggi, kesempatan kerja yang rendah, kualitas air bersih yang kurang, dan kurangnya ruang terbuka hijau kota. Dari aspek fisik dapat dilihat bahwa Kota Pontianak memiliki lahan gambut yang sangat luas, hal ini berdampak pada keterbatasan areal pengembangan kota, limitasi bagi pengembangan infrastruktur dan ketersediaan air bersih.

Kekhawatiran terhadap masa depan Kota Pontianak perlu dicermati. Kurangnya kesadaran masyarakat membuat pembangunan Kota Pontianak menjadi lamban dikarenakan masyarakat kita telah menjadi masyarakat konsumtif, tidak banyak yang berpikir untuk masa depan hingga mengalami kelumpuhan nurani yang juga menjadi masalah diberbagai kota lain di Indonesia. 

Sumber Gambar : instagram/borneoskycam
Untuk meningkatkan pembangunan Kota Pontianak, kita harus mengambil tindakan nyata untuk masa depan kota yang cemerlang. Kita tidak bisa mengharapkan Pontianak Jaya tanpa investasi yang sangat penting bagi masa depan Kota Pontianak yaitu anak-anak Pontianak di masa sekarang tanpa kecuali. Anak bangsa merupakan aset penting yang akan mengisi bumi khatulistiwa ini nantinya dengan beragam profesi baik sebagai rakyat, tokoh masyarakat, pemimpin Pontianak atau bahkan pemimpin negara di masa yang akan datang.

Menurut saya, banyak yang harus kita benahi supaya mimpi untuk menjadikan Pontianak Jaya yaitu dari sektor sosial, ekonomi dan lingkungan. Ketiga pilar tersebut harus dipertimbangkan secara komprehensif ketika sebuah kebijakan dijalankan.

Yang pertama kita lakukan adalah membuat Kota Pontianak nyaman untuk ditinggali. Mengartikulasikan seluruh aktivitas sosial, ekonomi, seni dan budaya dengan tenang dan damai. Tujuh unsur yang harus kita terapkan untuk meningkatkan kesadaran, rasa tanggung jawab segenap lapisan masyarakat, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat luas untuk mampu bertindak dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari adalah Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan dan Kenangan.

Yang kedua adalah komitmen pemimpin Kota Pontianak dalam menuju Pontianak Jaya. Bisakah Pontianak menjadi kota metropolitan, seperti Jakarta, Kuala Lumpur  atau Tokyo ?
 
Visi seorang manajer kota, semestinya bisa menjawab tantangan tersebut :
  1. Kota mau dibawa ke mana ?
  2. Spesifik kota ( ciri, karakter, branding ).
  3. RTH ( Ruang Terbuka Hijau ), sektor informal, angkutan umum, pedestrian, ruang evakuasi kota ( misalnya, jika banjir, kerusuhan, dsb ).
     
Lahan pertanian di perkotaan sudah banyak yang berubah fungsi menjadi kawasan permukiman. Lingkungan fisik dan warga kota saling berinteraksi dalam perubahan yang bersifat positif selama proses berkembangnya kota.

Kemudian pengembangan sektor pariwisata harus benar-benar teliti dan mengekploitasi potensi-potensi pariwisata yang ada di Kota Pontianak, menitikberatkan pada pariwisata budaya dan sejarah. Perkembangan pariwisata dan daya tarik Kota Pontianak, secara tidak langsung akan mendongkrak kemajuan pembangunan di Bumi Khatulistiwa.

Kita harus menghidupkan Kota Pontianak sepanjang hari dengan melengkapi fasilitas-fasilitas wisata agar daya tarik wisata semakin tinggi, dukungan dari sektor seni dan budaya seperti pertunjukan pada malam hari yang dipusatkan di Jalan Gajah Mada atau daerah yang berpotensi lainnya. Menurut saya, Jalan Gajah Mada potensial sekali untuk dijadikan pusat keramaian pada malam hari, dengan kata lain MALIOBORO-nya Pontianak.
Kawasan Jalan Gajah Mada Pontianak sangat mendukung dan strategis sebagai pusat wisata malam, seperti wisata kuliner (makanan dan minuman khas Pontianak), wisata belanja (cendramata), atraksi seni dan budaya (misalnya, inisiatif dari mahasiswa-mahasiswa seni yang ada di Pontianak atau umum).

Fasilitas juga sangat mendukung seperti hotel bintang 1 hingga hotel bintang 4, restoran, caffe dan resto, rumah ibadah, Badan Pemadam Kebakaran (BPK), hingga pasar tradisional terbesar di Kota Pontianak. Sayang sekali apabila kawasan potensial dan strategis ini kurang dikelola dengan maksimal.

Dengan menghidupkan kawasan Gajah Mada pada malam hari tentunya akan menjadi suguhan wisata yang menarik dan memperpanjang lama tinggal wisatawan. Tetapi semua ini sangat membutuhkan kesadaran warga kota dan dukungan penuh dari pemerintah kota akan potensi ini.

Saat ini kita mempunyai aset wisata seperti Rumah Adat Radakng, Rumah Adat Betang, Rumah Melayu, Museum Provinsi Kalimantan Barat, Taman Alun-Alun Kapuas, Keraton Kadriyah, Tugu Khatulistiwa, Wisata Sungai Kapuas dan masih banyak destinasi Kota Pontianak yang belum digali dengan baik.

Serta kegiatan budaya seperti Gawai Dayak, Perayaan Cap Go Meh, Festival Budaya Bumi Khaulistiwa (FBBK), International Borneo Sumpit Tournament (IBoST), Pontianak October Festival, juga menarik minat para wisatawan untuk berkunjung ke Kota Pontianak dan sangat mempengaruhi naik turunnya kunjungan wisatawan. 

 International Borneo Sumpit Tournament '12(rekaman pribadi)

Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat menyatakan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kalimantan Barat itu selama Juni 2013 mengalami kenaikan sebesar 31,97 persen, dari 2.355 orang menjadi 3.108 orang.

Untuk pembangunan infrastruktur jalan di Kota Pontianak saat ini sedang dibenahi dan infrastruktur lainnya pun banyak yang sudah dibangun seperti sektor pendidikan serta rumah sakit.

Selain pengembangan wisata, kita juga perlu memasarkan wisata, disini semua warga kota sangat dibutuhkan antusiasnya dalam mempromosikan daya tarik Kota Pontianak. Disini para blogger sangat berperan penting dalam mempromosikan Kota Pontianak keseluruh penjuru dunia hanya bermodalkan sebuah PC atau laptop.

4 Wisata Budaya yang Bikin Anda Bangga Jadi Warga Kota Pontianak

SampanPesisir - Indonesia memiliki banyak kota wisata yang berwawasan budaya, sebut saja contohnya adalah Bali dan Yogyakarta. Kedua daerah tersebut adalah wujud dari konsistensi pemerintah daerahnya dalam upaya mendeklarasikan dirinya sebagai kota wisata berbasis budaya. Wisata lainnya seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata religius, wisata kuliner, wisata minat khusus, wisata olahraga, wisata belanja dan wisata umum juga turut menambah destinasi daerah tersebut.

Di sisi lain, Kota Pontianak berpotensi menjadi kota wisata berbasis budaya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan Keraton Kadriah Pontianak. Keraton ini menjadi urat nadi yang menghidupi akar budaya terutama adat istiadat dan tradisi yang sekarang masih bertahan dan terus lestari di setiap sudut Kota Pontianak. Keraton Kadriah pun menjadi pusat peradaban budaya dari upacara adat atau ritual, seni pertunjukan dan wisata budaya lainnya.

Sumber Gambar : instagram/borneoskycam

Sebuah kota yang terkenal dengan julukan "Pontianak Kota Bersinar, Pontianak Kota Khatulistiwa, Pontianak Kota Seribu Parit" didukung oleh keberagaman budaya masyarakatnya, yaitu Tionghoa, Dayak dan Melayu. Wisata berbasis budaya di Kota Pontianak menawarkan potensi keberagaman budaya yang menarik untuk "Bikin Pontianak Bangge".

Bikin Pontianak Bangge dengan mengembangkan pariwisata berbasis budaya akan terealisasikan apabila pemerintah kota dan masyarakatnya saling mendukung. Pemerintah dalam hal ini adalah dinas pariwisata yang harus punya master plan dan membuat infrastruktur yang baik. Selanjutnya adalah masyarakat Kota Pontianak harus menyadari bahwa kotanya adalah kota wisata. Kesadaran ini akan membuat masyarakat berubah jadi masyarakat wisata. Masyarakat wisata sendiri ini memiliki ciri-ciri sangat ramah dan welcome dengan kehadiran turis.

Awak Datang Kamek Sambot, Kecik Telapak Tangan Nyirok pun Kamek Tadahkan. Itulah slogan untuk para wisatawan yang berkunjung ke Kota Pontianak. Masyarakat Pontianak akan menyambut kehadiran turis dengan sangat ramah. Slogan itu sudah melekat dalam kehidupan masyarakatnya sejak zaman kesultanan.

Berikut ini adalah 4 Wisata Budaya yang Bikin Anda Bangga Jadi Warga Kota Pontianak.

1. Pekan Gawai Dayak

Pekan Gawai Dayak adalah festival budaya masyarakat suku Dayak di Kota Pontianak sudah menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Pekan Gawai Dayak pertama kali digelar pada tahun 1986. Hakikatnya, Gawai Dayak adalah sebuah upacara adat syukuran pasca panen padi. Masyarakat Dayak mengadakan pesta atau selamatan sebagai ungkapan rasa syukur atas keamanan, kesehatan, dan hasil panen yang melimpah, selain berusaha mencari terobosan baru sebagai usaha meningkatkan hasil pertanian pangan.

Pekan Gawai Dayak 2016 || Sumber Gambar : aktual.com



Rangkaian acara berbasis budaya dikemas dalam Pekan Gawai Dayak, diawali dengan upacara adat dan kemudian dilanjutkan dengan berbagai acara lainnya, seperti Karnaval keliling kota, ritual, pameran, fashion show serta kontes Bujang Dare, ukiran kayu, tarian, dan berbagai permainan rakyat.


Untuk Anda yang ingin melihat kemeriahan acara Pekan Gawai Dayak, sebaiknya Anda berkunjung ke Pontianak sebelum tanggal 25 Mei. Karena agenda rutin ini, digelar setiap tanggal 25 Mei selama sepekan. Lokasi kegiatan terpusat di Rumah Adat Betang yang beralamat di Jalan Sutoyo, namun pasca diresmikannya Rumah Adat Radakng di Jalan Sutan Syahrir, festival budaya ini pun dipindahkan ke lokasi yang lebih banyak menampung massa.

Pekan Gawai Dayak di Kota Pontianak murni menonjolkan seni dan budaya Dayak, ini adalah wujud nyata dalam memelihara, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya positif yang telah diwariskan oleh para leluhur. Adanya kegiatan Pekan Gawai Dayak "Bikin Pontianak Bangge", karena kegiatan budaya ini menunjukkan eksistensi budayanya yang tetap utuh dan berkembang sejalan dengan arus budaya global.

Pemerintah Kota Pontianak mendapat keuntungan dalam bidang ekonomi dan pariwisata. Pekan Gawai Dayak merupakan salah satu event pariwisata yang unik dan menarik, sehingga wisatawan baik domestik maupun mancanegara banyak datang berkunjung ke kota ini, dengan begitu event ini menjadi salah pendulang ekonomi Kota Pontianak.
2. Pontianak October Festival

Berbeda dengan Pekan Gawai Dayak yang lebih menonjolkan seni dan budaya masyarakat Dayak, Pontianak October Festival malah lebih menonjolkan akar budaya Melayu Pontianak. Pontianak October Festival dikemas dengan semarak setiap tahunnya dalam rangka memperingati hari jadi Kota Pontianak.

Salah satu tangkai kegiatan Pontianak October Festival 2016 || Sumber Gambar : instagram/kec.ptk.brt



Festival Semarak Hari Jadi Kota Pontianak ini berlangsung selama 1 bulan sepanjang bulan Oktober. Event pariwisata berbasis budaya ini juga selalu menggandeng Pontianak Post sebagai event organizer (penyelenggara utama). Untuk tahun 2016 ini, tema yang diangkat Pemerintah Kota Pontianak adalah "Bikin Pontianak Bangge". Sebagaimana tema hari jadi Kota Pontianak ke-245 (23 Oktober 1771 - 23 Oktober 2016) "Bikin Pontianak Bangge", Sutarmidji selaku Wali Kota Pontianak mengajak seluruh masyarakat Pontianak melakukan kegiatan-kegiatan yang membuat Pontianak bangga.


Beberapa contoh tangkai kegiatan Pontianak October Festival tahun 2016, antara lain :

1. Lomba Photografi Dan Blog (Tanggal 1 - 31 Oktober 2016)


2. Pontianak Shopping Festival (Tanggal 1 - 31 Oktober 2016)


3. Pawai 1 Muharram dan Gelar Kuliner (Tanggal 2 Oktober 2016)


4. Lomba Hadrah (Tanggal 10 Oktober 2016, Lokasi Pontianak Timur).


5. Festival Arakan Pengantin dan Nikah Bersama (Tanggal 9 Oktober 2016).


6. Lomba Saprahan (Tanggal 11 Oktober , lokasi Pontianak Convention Center)


7. Pontianak Meriam Karbit (Tanggal 19 - 31 Oktober 2016, Lokasi Pontianak Timur).


8. Pontianak Expo (Tanggal 21 - 24 Oktober 2016 , lokasi lokasi Pontianak Convention Center)


9. Lomba Drumband Pelajar (Tanggal 22 - 23 Oktober 2016, lokasi Jalan Gajah Mada Pontianak).


10. Lomba Fashion Road (Tanggal 22 - 23 Oktober 2016, Lokasi Jalan Gajah Mada Pontianak).


11. Apel Gabungan HUT Kota Pontianak (Tgl 23 Oktober 2016, Lokasi Kantor Walikota Pontianak).


12. Pemilihan Bujang Dare (Tanggal 27 Oktober 2016 , lokasi Pontianak Convention Center)


13. Festival Permainan Tradisional Anak (Tanggal 2 Oktober 2016 , lokasi Car Free Day Pontanak)
Pontianak October Festival 2016



Hal yang sejatinya "Bikin Pontianak Bangge" dalam Pontianak October Festival adalah wujud nyata pemerintah kota dalam mempertahan adat budaya Melayu, "Tak kan Hilang Melayu di Telan Zaman" tidak hanya dijadikan slogan oleh Pemerintah Kota Pontianak dalam menyadarkan masyarakatnya akan adat budaya Melayu Pontianak yang wajib untuk dilestarikan.


3. Festival Budaya Bumi Khatulistiwa


Hal yang menonjol dalam Festival Budaya Bumi Khatulistiwa adalah tarian kolosal 3 etnis besar Kalimantan Barat yaitu Tionghoa, Dayak dan Melayu. Tarian ini sudah menjadi keharusan dalam pembukaan FBBK (Festival Budaya Bumi Khatulistiwa), maksud dari tarian kolosal tersebut adalah memperlihatkan keharmonisan keberagaman etnis yang hidup berdampingan.


Event pariwisata berbasis budaya tingkat provinsi ini rutin diadakan setiap 2 tahun sekali. Diikuti oleh seluruh kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Kalimantan Barat dengan menampilkan berbagai atraksi seni pertunjukan, permainan, pameran dan seminar.

Festival budaya ini selalu diadakan di pusat-pusat keramaian kota Pontianak dan biasanya pembukaan diawali Pawai Budaya di Taman Alun-alun Kapuas, jalan Rahadi Oesman. Selain pawai budaya, beberapa kegiatan lainnya yang juga diperlombakan yaitu lomba tari daerah, lomba layang-layang hias, lomba lagu daerah, makanan khas daerah, syair Melayu, lomba berbalas pantun, serta lomba gasing dan sumpit.

Dara Melayu, Dara Dayak dan Dara Tionghoa || Sumber Gambar : instagram/_cecedinipenk



FBBK jelas "Bikin Pontianak Bangge" karena event tingkat provinsi selalu digelar di Kota Pontianak. Negara tentangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam selalu hadir untuk menyaksikan keindahan budaya masyarakat Kalimantan Barat yang dikemas dalam balutan pesona keberagaman etnisnya.



4. Cap Go Meh


Cap Go Meh adalah salah satu rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek yang diperingati 15 hari setelah perayaan Imlek. Perayaan Cap Go Meh menjadi event wisata tahunan di Kota Pontianak, disambut semarak oleh seluruh warga keturunan Tionghoa.


Di Indonesia, Kota Pontianak menduduki urutan kedua Perayaan Cap Go Meh terbesar setelah Kota Singkawang yang menduduki urutan pertama. Banyak wisatawan dari seluruh Indonesia memadati pusat perayaan ini di Kota Pontianak maupun Kota Singkawang. Wisatawan asing dari Dataran Tiongkok, Taiwan, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand dan negara tetangga lainnya ikut memadati pusat perayaan Cap Go Meh.
Perayaan Cap Go Meh Pontianak 2016

Banyak atraksi budaya Tionghoa yang disuguhkan dalam perayaan ini, mulai dari prosesi ritual buka mata naga hingga atraksi tatung. Atraksi tatung termasuk ekstrim, karena meraka dirasuki oleh roh dewa atau leluhurnya. Tujuannya adalah untuk mengusir roh jahat. Atraksi ini paling banyak dituggu para wisatawan yang penasaran dengan atraksi ektrim mereka seperti kebal terhadap senjata tajam.

Atraksi Tatung

Perayaan Cap Go Meh di Kota Pontianak telah "Bikin Pontianak Bangge", karena selain diharapkan bisa memberikan dampak yang positif bagi perekonomian masyarakat Pontianak.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Asal Usul Dayak Selakau (Sambas) di Binua Bantanan

Sampan Pesisir - Cerita rakyat yang berkembang di Bumi Sambas banyak diturunkan secara lisan oleh orang tua-tua di Sambas. Dipelihara oleh masyarakat Sambas untuk memberikan pendidikan moral kepada anak-anak pada zaman dahulu. Cerita rakyat yang berkembang di Sambas memiliki ciri khas tersendiri berupa legenda asal usul dan nama tempat, danau, gunung, atau situs sejarah dan benda sejarah lainnya.

Asal Usul Dayak Selakau di Binua Bantanan

Pada kesempatan kali ini saya akan menceritakan sebuah cerita rakyat dari daerah Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas. Sebuah cerita yang telah hidup dan berkembang dalam komunitas Dayak Salako di Sajingan Besar dan Malaysia Timur (Kampung Biawak dan Kampung Sebiris).
Sebelum saya mulai, perlu di garisbawahi disini, Dayak Kanayatn yang saya maksud disini adalah komunitas Dayak yang mendiami kawasan Binua Bantanan dan sekitarnya yang berbahasa bakati', banyadu, bainyam dan dialek serumpun lainnya. Pengelompokan ini menurut orang tua-tua dahulu dan menurut orang yang berbahasa bakati' sendiri menyebut mereka Dayak Kanayatn (tentu ada cerita lain lagi di samping itu).

Namun proses pengambilan nama oleh keturunan Dayak Salako yang tersebar di kawasan Kabupaten Pontianak (kabupaten induk/kabupaten yang dulu) terhadap nama Kanayatn barangkali berpatokan dari buku karangan Missionaris (bukan Antropolog), Pastor Donatus Dunselman Ofm Cap. yang berjudul Bijdrage Tot De Kennis Van De Taal En Adat Der Kendajan-Dajaks Van West-Borneo.
Tanpa mengorek informasi lebih jauh lagi, saya lebih terfokus kepada cerita rakyat yang akan diceritakan dibawah ini. Dengan adanya cerita rakyat ini, bisa menambah dan memperkaya khasanah budaya tradisional masyarakat Sambas. Cerita ini diceritakan oleh sdr. Naoci, orang Salako yang lahir di Bagak dan lama tinggal di Biawak. Dan pernah di post oleh Simon Takdir.


Zaman dahulu, jauh sebelum digelarnya rapat damai suku Dayak atau yang lebih dikenal dengan Tumbang Anoi. Tradisi "mengayau" atau memenggal kepala manusia (head-hunting) masih dilakukan oleh sub-sub suku Dayak yang ada di Pulau Kalimantan. Sesama suku Dayak pun saling bermusuhan, memenggal dan membawa pulang kepala musuh.

Hal ini pun terjadi di kawasan perbatasan Kabupaten Sambas dan Sarawak yaitu kawasan Binua Bantanan. Pada masa itu, kawasan tersebut telah didiami oleh komunitas Dayak Kanayatn (mereka yang berbahasa bakati', banyadu, bainyam dan dialek serumpun lainnya). Musuh terbesar dari komunitas ini adalah suku Dayak Saribas yang berasal dari daerah Batang Lupar, Sarawak.

Dayak Kanayatn yang berada di Binua Bantanan pun menjadi sasaran kayo orang-orang Saribas. Meraka (dayak Saribas) sering datang ke Rumah Bantang (rumah panjang/rumah radakng/rumah betang) orang Kanayatn, mereka menggarukkan tombak mereka dari bawah lantai bantang. Hal ini dikarenakan tangga bantang sudah dinaikkan ke atas untuk menghindari teror dari orang Saribas.

Orang Kanayatn pun tidak tahan dengan teror yang selalu mereka terima dari orang Saribas. Banyak warga bantang yang menjadi korban kayo dan anak gadis dari kepala burung bantang pun dibawa oleh orang-orang Saribas. Panglima yang memimpin komunitas Dayak Saribas bernama Pak Jopi.

Dayak Salako
Dayak Salako || Sumber Gambar : folksofdayak


Hingga suatu hari, orang-orang Kanayatn pun meminta bantuan kepada orang-orang Salako. Pada masa itu, komunitas Dayak Salako masih banyak mendiami kawasan Selakau Tua, Pelanjau, Sarinokng dan kearah timur dari Kecamatan Selakau Timur sekarang.

Orang Salako apabila pergi bakayo tidak pernah beramai-ramai (maro), setidaknya mereka hanya tiga orang. Atas permintaan dari orang Kanayatn, orang Salako mengutus tiga orang warganya yang bernama Nek Keto, Nek Antoros dan Nek Padan.

Alhasil mereka bertiga bisa membunuh Panglima orang Saribas yang bernama Pak Jopi, namun mereka bertiga tidak mampu menghadapi orang-orang Saribas yang jumlahnya tidak sedikit. Akhirnya, mereka bertiga pun dibantu oleh Nek Nibo'.

Nek Nibo' sudah lama menyimpan rasa dendam terhadap orang Saribas, karena istri dan anak kesayangannya telah menjadi korban mengayau dari orang-orang Saribas. Ketika itu, istri Nek Nibo sedang asyik menyiangi padinya di ladang. Namun sekelompok orang-orang Saribas langsung memenggal kepala istrinya.

Dengan bantuan Nek Nibo' akhirnya orang-orang Saribas bisa dikalahkan dan mereka (Nek Keto, Nek Antoros dan Nek Padan) akhirnya pulang ke kampungnya. Sedangkan, Nek Nibo' mengalami stres berat karena istri dan anaknya sudah meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Hal yang tidak terduga, Nek Nibo' minta dibunuh dengan tangkitnya sendiri kepada orang Saribas. Konon, Nek Nibo' tidak dapat dibunuh karena ada ilmu kebal kecuali dibunuh menggunakan tangkitnya sendiri. Hingga kini, kepala Nek Nibo' masih disimpan di salah satu kampung di daerah orang Saribas, Sarawak.

Orang Salako telah membantu orang Kanayatn tanpa pamrih. Namun, orang Kanayatn tetap bersikeras untuk membalas jasa mereka, karena mereka telah nyauk nyawo (menyelamatkan nyawa) orang Kanayatn. Orang Kanayatn sebantang pun mengadakan musyawarah.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menyerahkan sebagian wilayah mereka kepada orang Salako, yaitu sebuah daerah yang kita kenal dengan daerah Binua Bantanan. Dewasa ini, Binua Bantanan terdiri dari Sajingan, Sunge Ano, Kuranyi, Tapokng/Ngole�, Tanyukng, Batu Itopm/Rogak, Sawoh, Sasak/Riopm, Nyalak / Sei Pohan, Galing, Batang Air, Sungai Baning, Asu� Asakng, termasuk di Lundu, Sarawak (terdiri dari Biawak, Mapangokng, Badaun, Sebiris, Sedaikng, Rukam, Sebiris, Sabako�, Paon, Sabaat, Tibaro, Poe).

Sejak peristiwa itu, sedikit demi sedikit orang Salako datang dan bermukim di daerah Binua Bantanan, sehingga terbentuklah kampung-kampung orang Salako sekarang ini. Apabila ditanya kepada orang tua-tua kampung tersebut, mereka masih ingat asal-usul keturunan mereka berasal dari Sarinokng, Selakau Timur.

Dewasa ini, orang-orang Kanayatn yang masih bertahan ada di kampung Aruk, Apikng, Si Baruang dan daerah Pasir Putih (Lundu, Sarawak).

Asal Usul Nama Kota Sambas

SampanPesisir - Kota Sambas adalah sebuah kota yang terletak paling utara provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Kota ini juga menjadi ibukota dari Kabupaten Sambas yang dulunya juga adalah pusat pemerintahan dari Kesultanan Sambas sejak tahun 1671 Masehi. Kota Sambas dilewati 3 sungai yaitu Sungai Sambas Kecil, Sungai Teberau dan Sungai Subah. Pertemuan dari ketiga sungai tersebut dikenal dengan Muara Ulakan.

Selain itu, letak geografis Kota Sambas berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Sambas. Sultan Muhammad Tajuddin I (cucu dari Sultan Sarawak Sultan Tengah) adalah orang pertama yang mendirikan kota Sambas sekarang yang mana sebelumnya ibukota Kesultanan Sambas terletak di Lubuk Madung pada tahun 1683 Masehi.

Keraton Kesultanan Sambas

Berikut adalah 7 (tujuh) teori yang saya sajikan untuk mengetahui Asal Usul Penamaan Kota Sambas yang wajib Anda ketahui dari beberapa perspektif :

Pertama,  menurut JU. Lontaan dalam bukunya "Sejarah, Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat" menyebutkan bahwa penamaan Sambas berawal dari peristiwa masa lampau yaitu suatu peristiwa perang dimana pasukan dari Kerajaan Inggris menyerang Kesultanan Sambas pada tahun 1812 Masehi. Ketika itu, daerah Sambas mayoritas di diami 3 (tiga) etnis besar yaitu Suku Melayu Sambas, Suku Dayak dan Suku Tionghoa, ketiga suku tersebut bersatu menghimpun kekuatan untuk mempertahankan Bumi Sambas dari Kerajaan Inggris. Alhasil, kemenangan memihak pada Kesultanan Sambas dan masyarakat Tionghoa memberikan nama medan pertempuran itu sebagai SAMBAS (Sam = tiga, Bas = bangsa/suku bangsa).

Dayak - Tionghoa - Melayu


Kedua, penamaan Sambas berawal dari ungkapan lain dari tiga serangkai kerajaan yang menjadi cikal bakal Kesultanan Sambas yaitu Kerajaan Sukadana, Kerajaan Ratu Sepudak (Sambas Hindu) dan Kerajaan Brunei Darussalam. Hal ini dikemukakan oleh Raden Muchsin Panji Anom Pangeran Temenggung Jaya Kusuma.


Ketiga, menurut cerita rakyat (folklor) melayu Sambas, asal muasal nama Sambas berasal dari pertemanan dua sahabat antara Syamsuddin (Melayu) dan Saribas (Dayak). Untuk mengenang persahabatan mereka, Syam dan Abbas akhirnya membuat perjanjian dengan melempar batu di Muara Ulakan. Selama batu masih berada di dasar sungai, maka persahabatan antara Dayak dan Melayu di Sambas akan selalu terjaga.


Keempat, secara linguistik, Sambas berasal dari bahasa Melayu Kuno yaitu "Sambat" yang mempunyai arti "bersambung menjadi satu" atau "berangkai". Letak istana Kesultanan Sambas berada di depan Muara Ulakan yang mana menjadi titik pertemuan 3 (tiga) sungai. Jadi, kata Sambas mempunyai arti tempat persambungan antara sungai-sungai (Poerwadarminta, 1950:99).


Kelima, ada juga yang menyebutkan bahwa nama Sambas berasal dari dua surah Al-Quran yaitu As Syam (matahari) dan Basmallah (dengan nama Allah). Dari kedua kata tersebut menjadi rujukan dari simbol di atas atap istana Kesultanan Sambas. Hal ini juga didasari karena pendiri Kesultanan Sambas yaitu Raden Sulaiman (putra pertama Sultan Serawak, Sultan Tengah) telah menganut agama Islam.


Keenam, masih dalam tinjauan bahasa, nama Sambas sejatinya sudah dipakai oleh pemerintahan Ratu Sepudak yang notebane-nya adalah kerajaan Sambas bercorak Hindu. Pada masa itu, Kota Lama sebagai ibukota pemerintahan Panembahan Sambas didirikan oleh bangsawan Majapahit yang melarikan diri dari tanah leluhurnya dan mendirikan sebuah kerajaan Hindu di Kota Lama (Kecamatan Galing sekarang). Karena sang pemimpin adalah bersuku bangsa Jawa, maka penamaan Sambas diambil dari bahasa Jawa kuno yaitu "SAMBA". Arti dari kata tersebut adalah bersuka ria atau menari, maksud lainnya adalah sebuah kerajaan yang makmur dan sentosa.


Ketujuh, Pabali Musa menyebutkan bahwa kata Sambas diambil dari kata "SUNGAI EMAS" (Si-Emas / Se-emas / S-emas). Emas dalam bahasa sehari-hari di Sambas dilafalkan dengan ucapan Ammas. Huruf S dari kata Sambas mungkin kata pinjaman dari kata si (the) atau se (satu) atau s adalah singkatan dari kata sungai. Apalagi daerah Sambas dikenal dengan sungai dan emasnya yang terkandung di Bumi Sambas. 

Bukti lainnya bisa kita lihat dari masa pemerintahan Kerajaan Sambas Hindu / Kerajaan Ratu Sepudak / Panembahan Sambas, gelar bangsawan pada masa itu memakai gelar MAS, seperti Raden Mas Ayu Bungsu (keturunan raja Sambas)

Dalam bahasa Melayu Sambas kata Mas (contohnya : mas kawin) adalah kependekan dari kata Ammas(emas). Dengan demikian nama Sambas mungkin bersal dari sebutan Si Ammas (si emas= =yang tersayang, yang terbagus), se Ammas (satu emas) atau S[ungai] Ammas (sungai emas),yang pada kemudian hari pengucapannya menjadi Sammas dan pada akhirnya Sambas dengan Kandungan makna : Sambas adalah tempat yang paling disukai, atau daerah yang sungai-sungainya banyak mengandung emas.
Masjid Jami' Sambas
Masjid Jami' Sambas

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *